DAY 1
Chapter 1 - The Beginning
Pada pendakian Rinjani ini kami berangkat dari rumahku di Kelapa Gading,
aku mendaki bersama kedua temanku Teguh dan Adreas yang tinggal di
Selatan dan Utara Jakarta ini dan mereka menginap di rumahku malam
sebelumnya.
Kami berangkat pukul 3.15 dini hari naik taksi menuju bandara Soekarno Hatta. Total ongkos taksi ini Rp. 180.000 termasuk tol.
Sampai bandara sekitar pukul 3.50, kami langsung drop off bagasi karena
kami sudah checkin online hari sebelumnya. Karena masih lama menunggu
waktu boarding, kami ngopi dulu di Starbucks sekalian menyegarkan badan
yang kurang tidur ini (aku tidur 2 jam, temanku tidur 1 jam). Pesawat
berangkat pukul 5.50, boarding pukul 5.30.
Di pesawat Garuda kami tidak dapat makan, padahal kami tidak tidur.
Pramugari Garudanya tidak menawarkan makanan kepada kami dan beberapa
penumpang lain. Setelah saya tanya pada saat keluar pesawat,
pramugarinya bilang seharusnya dapat, mungkin kitanya tidur sehingga
tidak diberikan makananan, namun apabila mau dibawa makanannya bisa.
Chapter 2 - The Arrival
Sampai Lombok ontime, pukul 9 WITA. Kami langsung menunggu bagasi.
Setelah agak lama carrier kami akhirnya muncul juga. Ternyata beberapa
barang Teguh ada yang hilang dari carriernya yaitu kacamata hitam, pisau
dan rokok. Sangat disayangkan pelayanan dari bandara kita ini.
Carrierku sendiri ada tanda-tanda pembongkaran di bagian kepalanya
untung tidak ada yang hilang, hanya plastik ada yang disobek.
Di bandara Lombok kami sudah ditunggu oleh Pak Awal, driver yang akan
mengantar kami menuju basecamp Sembalun. Dalam perjalanan ke Sembalun
kami belanja gas di Alfamart dekat bandara dan belanja sayur mayur serta
bahan makananan lainnya di pasar Aikmel, pasar besar terakhir di arah
Sembalun. Tarif dari bandara ke basecam Sembalun Rp. 500.000.
Perjalanan sampai Sembalun memakan waktu total 4 jam, termasuk 1 jam di
pasar Aikmel, pasar besar terakhir di rute menuju Sembalun. Kami sampai
di pos registrasi Sembalun sekitar jam 2. Disana sudah ada Mas Judi,
porter kami bersama keponakannya, Lin. Kami makan siang dahulu di dekat
pos registrasi, nasi ayam dan telur Rp. 10.000, murah meriah.
makan di warung pos registrasi:
Chapter 3 - Sembalun to Pos 3
Kami memulai pendakian pukul 15:30, dari pos registrasi Sembalun kami
naik ojek dahulu sampai ke titik awal pendakian, dengan ini kami
menghemat 1 jam perjalanan. Tarif ojek ini per orang Rp. 15.000.
Jalur ke Pos 2 relatif gampang, hanya jalur dari Pos 2 ke Pos 3 yang
agak sedikit sulit, berbatu dan menanjak. Kami sempat ragu apakah mau
camp di Pos 2 saja atau di pos 3, karena beberapa porter yang kami temui
di jalan mengatakan bahwa di Pos 3 tidak ada orang dan rawan, kami
dianjurkan camp di Pos 2. Namun akhirnya kami memutuskan untuk camp di
Pos 3 saja.
Kami sampai Pos 3 pukul 20.30, jadi sekitar 5 jam perjalanan. Lega
rasanya sampai di Pos 3, kami istirahat sebentar, tak lama kemudian
suguhan jahe merah dari porter kami tiba disambung dengan makan malam
nasi sop sayuran, nyamm mantap sekali sopnya.
Sebagai informasi, disini ada sumber air namun airnya tidak begitu bagus, sedikit keruh.
pos 2:
DAY 2
Chapter 4 - Pos 3 to Pelawangan Sembalun
Kami memulai pendakian ke Pelawangan Sembalun pukul 08:30 setelah
sarapan pagi mie rebus dan segelas kopi. Karena pendakian ini dilakukan
pagi sampai sore hari maka panas matahari dapat membakar kulit kami.
Dianjurkan memakai lengan panjang dan sarung tangan. Yang paling berat
di pendakian ini adalah bukit penyesalan, jadi seolah-olah kita sudah
sampai puncak bukit, ternyata di depan ada bukit lagi yang lebih tinggi,
hal ini terjadi beberapa kali. Untungnya tidak sampai membuat kami
menyesal di pendakian ini :-)
Akhirnya kami sampai juga ke Pelawangan Sembalun sekitar pukul 17:00.
Pelawangan Sembalun adalah zona camping yang memanjang, mencakup 3
bukit. Kami sendiri memilih camp di bukit terakhir dekat mata air.
Mata air disini sangat segar dan bersih, bahkan melebihi air mineral
yang dijual di toko-toko. Setelah beres-beres kami segera istirahat
karena kami rencana akan summit pada pukul 01:00 dini hari.
permulaan bukit penyesalan:
pelawangan sembalun awal:
DAY 3
Chapter 5 - Summit Attack
Menurut saya bisa dikatakan bahwa pendakian Rinjani ini yang paling
sulit adalah pendakian ke puncaknya. Kami memulai pendakian ke puncak
pukul 01:30 dini hari, sebelumnya kami mengisi perut dahulu dengan
puding dan kopi buatan Mas Judi.
Medan menuju puncak ini berpasir sekali, sehingga membutuhkan tenaga
ekstra dalam mendaki karena setiap langkah naik akan ada mundurnya
karena kondisi pijakan yang berpasir. Tepat sebelum puncak ada tanjakan
yang panjang dan curam sekali dengan sudut kemiringan sekitar 30
derajat, tanjakan ini yang paling parah, lebih dari 1 kali aku berpikir
apakah sebaiknya balik kanan saja dan batal summit.
Tetapi akhirnya aku dapat sampai summit juga setelah penuh perjuangan,
di tanjakan ini sendiri aku menghabiskan 2 jam dan alhasil terlambat
untuk foto sunrise di puncak.
Perjalanan kembali ke tenda dari summit juga membutuhkan perjuangan,
karena sudah mulai siang dan hari mulai panas serta panjangnya track
dari puncak ke tenda. Bisa dikatakan jalur dari zona camping ke puncak
Rinjani adalah salah 1 yang terpanjang. Kami sampai kembali ke tenda
pukul 11.
Tips summit attack Rinjani:
Bawa masker, wajib! Debu pasirnya extreme.
Pakai geiter supaya pasir tidak masuk sepatu.
Bawa jaket tebal, dingin!
sampai puncak:
foto bareng tetangga:
Chapter 6 - Pelawangan Sembalun to Segara Anak Lake feat "nyasar"
Setelah kembali ke tenda, makan siang dan istirahat, kami melanjutkan
perjalanan ke Danau Segara Anak. Menurut porter, perjalanan ini akan
memakan waktu sekitar 3,5 jam yang artinya 5 jam jam buat kami, maklum
porter-porter disini sangat cepat jalannya walau hanya menggunakan
sendal jepit dan beban 3 kali lebih berat dari kami.
Kami menuruni lembah Pelawangan Sembalun menuju danau, medan turun ini
sangat ekstreme, harus ekstra hati-hati karena sangat berbahaya, kiri
kanan jurang, batu cadas, jarak pijakan yang cukup tinggi antara 1 dan
yang lain, dsb.
Setelah sekian lama kami berjalan namun kami tidak melihat danau, kami
sudah mulai was-was apakah salah jalan, sampai akhirnya kami menemukan
pertigaan, ke bawah, ke depan, dan ke atas. Karena jalur yang jelas
adalah ke bawah, maka aku mencoba turun ke bawah sampai akhirnya
menemukan jalan buntu, dan aku kembali ke atas.
Lalu kami mencoba jalur tengah yang ternyata buntu juga. Kami tidak
mencoba jalur ke atas karena jalurnya kecil dan tidak meyakinkan
(padahal ini jalur yang benar).
Akhirnya aku dan Andreas memutuskan untuk kembali saja menyusuri jalur
yang kami lalui tadi. Teguh sudah jauh di depan bersama porter kami.
Kami sempat berteriak halo dan tolong beberapa kali namun sama sekali
tidak ada 1 orangpun yang lewat jalur itu. Sedikit rasa takut terbersit
di perasaanku karena bekal kami dibawa oleh porter dan air minum sudah
mulai menipis, untungnya Andreas dapat tetap tenang sehingga kami tidak
panik.
Karena hari sudah mulai gelap dan kami khawatir apabila terus berjalan
akan dapat memperburuk situasi, maka kami memutuskan untup camp di
tengah jalur, lebih tepatnya tidur berselimutkan flysheet, kebetulan ada
jalur yang cukup lebar.
Harapan kami Mas Judi mencari kami dengan menyusur kembali jalurnya, namun sampai malam tersebut kami tidak bertemu 1 orang pun.
Malam itu kami tidur tanpa tenda hanya menggunakan jaket, sleeping bag,
dan fly sheet. Beberapa kali aku terbangun dan melihat jam, ternyata
malam masih panjang. Berbagai macam pikiran melayang di pikiranku
mengenai nasib kami berikutnya, apakah ini akhir dari segalanya? Hehehe
Akhirnya pagi datang juga, aku bangun lebih dulu pukul 6.30 pagi. Dan,
kulihat jelas Danau Segara Anak dari kejauhan, karena kemarin berkabut
maka danaunya tidak kelihatan. Kubangunkan Andreas agar kami dapat
packing dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan.
Kami melipat flysheet dan merapikan tas, tepat pada saat kami akan
melanjutkan perjalanan ke bawah, kami melihat Mas Judi menghampiri kami,
ternyata ia melihat flysheet kami pada saat kami melipatnya. Tenang
sudah hati kami.
Mas Judi ternyata mencari kami semalam beberapa kali namun tidak melihat
tanda-tanda keberadaan kami, teman-teman kami di Jakarta juga panik dan
berusahan menghubungi kami dan Mas Judi, tetapi semua itu percuma
karena tidak ada sinyal di gunung.
Dari tempat kami camp semalam ke danau Segara Anak memakan waktu sekitar 2 jam.
Ternyata di jalur tengah yang kami kira buntu itu ada bebatuan yang bisa dipanjat, kami tidak mengira sebelumnya.
Moral of this chapter:
Selalu bersama, jangan meninggalkan teman.
Apabila tersasar tinggalkan jejak seperti tali atau tulisan.
Apabila memang harus camping, biarkan senter atau headlamp tetap menyala agar lebih mudah ditemukan.
Jangan melanjutkan perjalanan ketika hari sudah gelap, salah-salah bisa jatuh dan memperburuk keadaan.
bangun-bangun langsung keliatan danau:
DAY 4
Chapter 7 - Danau Segara Anak
Akhirnya sampai juga kami ke Danau Segara Anak, saat itu kurang lebih
pukul 10 atau 11. Kami bertemu pendaki lainnya yang bertanya-tanya apa
yang terjadi dengan kami dan kami jelaskan poin-poin intinya saja.
Kami segera disuguhi teh oleh Mas Judi, kami istirahat sebentar, mencuci baju-baju kotor kami di danau dan menjemurnya di tenda.
Teguh sudah pergi duluan ke pemandian air panasnya, lalu aku dan Andreas pergi ke pemandian air panas menyusul Teguh.
Disini ada 2 tempat pemandian air panas, yang lebih indah adalah yang
lebih jauh, aku dan Andreas kesana, disana ada beberapa bule yang baru
saja berenang. Lalu kami ikut berenang di pemandian tersebut, sungguh
nyaman rasanya. Setelah kurang lebih 1 jam kami kembali ke tenda untuk
makan siang.
Kami menghabiskan malam tersebut di danau Segara Anak.
secuil pemandangan danau segara anak:
DAY 5
Chapter 8 - Turun Gunung - feat Wangi Melati... scary
Keesokan harinya pukul 8.30, kami melanjutkan perjalanan kami untuk turun gunung melalui jalur Senaru.
Kami harus melakukan pendakian dahulu sekitar 5 jam ke Pelawangan Senaru baru kemudian turun ke Senaru sekitar 4 jam.
Medan pendakian ke Pelawangan Senaru cukup sulit seperti jalur dari Pelawangan Sembalun ke danau.
Kami sampai di pos 3 sekitar jam 4, kami menghabiskan waktu 1 jam disini untuk makan siang nasi goreng buatan Mas Judi.
Kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 5 untuk turun melalui hutan
Senaru. Disini terjadi peristiwa yang buat kami sulit untuk dijelaskan
dengan logika, begini ceritanya.
Dari Pos 3 ke Pos 2 lancar walau hari sudah mulai gelap. Dari pos 2 ke
pos extra sarung tangan Teguh tertinggal pada saat istirahat dan ia
kembali untuk mencarinya, aku, Andreas, dan Lin melanjutkan perjalanan
ke Pos Ekstra yang sudah tidak jauh sementara Mas Judi menunggu Teguh
mengambil sarung tangannya. Sampai di Pos Ekstra, hari sudah gelap, aku
ingat sekali aku berani mengarahkan headlampku ke pepohonan di atas
untuk melihat-lihat.
Tak lama kemudian Teguh dan Mas Judi datang, aku mendenger Teguh memaki
dengan kasar "sarung tangan gak ketemu, setan!" 2 kali. Sampai saat ini
tidak terjadi apa-apa, lalu kami melanjutkan perjalanan.
Nah perjalanan dari Pos Ekstra ke Pos 1 ini kami semua mencium bau wangi
melati, namun kami tidak membicarakannya 1 sama lain dalam perjalanan.
Awalnya aku mengira memang ini aroma hutan, sampai akhirnya di pos 1,
Mas Judi bilang kok dari tadi nyium bau wangi ya, padahal ngga ada
bunga. Sampai di Pos 1 pun masih tercium bau bunga melati. Akhirnya kami
melanjutkan perjalanan ke pintu hutan, dalam perjalanan ini aroma
melati masih tercium jelas sepanjang perjalanan. Untungnya tidak terjadi
apa-apa dan tidak ada penampakan apa-apa sampai akhirnya kami sampai di
pintu hutan.
Di pintu hutan ini banyak pendaki lain yang sudah sampai dan ada 1
warung yang menjual aneka minuman segar dan makanan. Puji Tuhan semua
berjalan lancar.
view from pelawangan senaru:
Chapter 9 - Penutup
Demikian capter ini saya tulis, semoga berguna dan menghibur untuk rekan-rekan pendaki lainnya.
Dari sini kami melanjutkan perjalanan ke rumah Mas Judi naik ojek untuk
bermalam 1 malam dan besok paginya melanjutkan perjalanan kami ke Gili
Trawangan, yeah!
Ada pengalaman unik dan menarik juga di rumah Mas Judi, namun tidak
perlu saya ceritakan disini, catpernya cukup di bagian pendakian Gunung
Rinjani saja. Akhir kata, terima kasih sudah membaca capter ini, Salam,
Christanto
Ringkasan informasi:
Tiket PP Jakarta Lombok naik Garuda @ Rp. 1.870.000.
Angkutan dari bandara Lombok ke pos registrasi Sembalun Rp. 500.000 (Pak Awal 081908621356).
Tiket pendakian per orang per hari Rp. 5.000, langsung on the spot.
Ojek dari pos registrasi Sembalun ke pintu hutan @ Rp. 15.000.
Kontak porter Mas Judi 087865715978 (penilaian saya 8 out of 10,
tanggung jawab, masakan enak, ramah), cuma kalau naik dari Sembalun kudu
bayarin ojeknya dari Senaru Rp. 100.000 sama sediain 1 bungkus roko per
hari (Dji Sam Soe).
Porter sudah bawa lengkap alat masak dan alat makan (piring, gelas, sendok garpu).
porter mas judi:
Catatan Perjalanan ini diambil dari posting saya di forum Kaskus dengan link dibawah ini.