Monday, July 27, 2015

Catatan Perjalanan Gunung Rinjani 3.726 MDPL via Sembalun - Senaru (02-06 Juli 2015)

DAY 1
Chapter 1 - The Beginning
Pada pendakian Rinjani ini kami berangkat dari rumahku di Kelapa Gading, aku mendaki bersama kedua temanku Teguh dan Adreas yang tinggal di Selatan dan Utara Jakarta ini dan mereka menginap di rumahku malam sebelumnya.
Kami berangkat pukul 3.15 dini hari naik taksi menuju bandara Soekarno Hatta. Total ongkos taksi ini Rp. 180.000 termasuk tol.
Sampai bandara sekitar pukul 3.50, kami langsung drop off bagasi karena kami sudah checkin online hari sebelumnya. Karena masih lama menunggu waktu boarding, kami ngopi dulu di Starbucks sekalian menyegarkan badan yang kurang tidur ini (aku tidur 2 jam, temanku tidur 1 jam). Pesawat berangkat pukul 5.50, boarding pukul 5.30.
Di pesawat Garuda kami tidak dapat makan, padahal kami tidak tidur. Pramugari Garudanya tidak menawarkan makanan kepada kami dan beberapa penumpang lain. Setelah saya tanya pada saat keluar pesawat, pramugarinya bilang seharusnya dapat, mungkin kitanya tidur sehingga tidak diberikan makananan, namun apabila mau dibawa makanannya bisa.

Chapter 2 - The Arrival
Sampai Lombok ontime, pukul 9 WITA. Kami langsung menunggu bagasi. Setelah agak lama carrier kami akhirnya muncul juga. Ternyata beberapa barang Teguh ada yang hilang dari carriernya yaitu kacamata hitam, pisau dan rokok. Sangat disayangkan pelayanan dari bandara kita ini. Carrierku sendiri ada tanda-tanda pembongkaran di bagian kepalanya untung tidak ada yang hilang, hanya plastik ada yang disobek.
Di bandara Lombok kami sudah ditunggu oleh Pak Awal, driver yang akan mengantar kami menuju basecamp Sembalun. Dalam perjalanan ke Sembalun kami belanja gas di Alfamart dekat bandara dan belanja sayur mayur serta bahan makananan lainnya di pasar Aikmel, pasar besar terakhir di arah Sembalun. Tarif dari bandara ke basecam Sembalun Rp. 500.000.
Perjalanan sampai Sembalun memakan waktu total 4 jam, termasuk 1 jam di pasar Aikmel, pasar besar terakhir di rute menuju Sembalun. Kami sampai di pos registrasi Sembalun sekitar jam 2. Disana sudah ada Mas Judi, porter kami bersama keponakannya, Lin. Kami makan siang dahulu di dekat pos registrasi, nasi ayam dan telur Rp. 10.000, murah meriah.

makan di warung pos registrasi

peserta pendakian:


Chapter 3 - Sembalun to Pos 3
Kami memulai pendakian pukul 15:30, dari pos registrasi Sembalun kami naik ojek dahulu sampai ke titik awal pendakian, dengan ini kami menghemat 1 jam perjalanan. Tarif ojek ini per orang Rp. 15.000.
Jalur ke Pos 2 relatif gampang, hanya jalur dari Pos 2 ke Pos 3 yang agak sedikit sulit, berbatu dan menanjak. Kami sempat ragu apakah mau camp di Pos 2 saja atau di pos 3, karena beberapa porter yang kami temui di jalan mengatakan bahwa di Pos 3 tidak ada orang dan rawan, kami dianjurkan camp di Pos 2. Namun akhirnya kami memutuskan untuk camp di Pos 3 saja.
Kami sampai Pos 3 pukul 20.30, jadi sekitar 5 jam perjalanan. Lega rasanya sampai di Pos 3, kami istirahat sebentar, tak lama kemudian suguhan jahe merah dari porter kami tiba disambung dengan makan malam nasi sop sayuran, nyamm mantap sekali sopnya.
Sebagai informasi, disini ada sumber air namun airnya tidak begitu bagus, sedikit keruh.



pos 2:

makan malam di pos 3:

DAY 2
Chapter 4 - Pos 3 to Pelawangan Sembalun
Kami memulai pendakian ke Pelawangan Sembalun pukul 08:30 setelah sarapan pagi mie rebus dan segelas kopi. Karena pendakian ini dilakukan pagi sampai sore hari maka panas matahari dapat membakar kulit kami.
Dianjurkan memakai lengan panjang dan sarung tangan. Yang paling berat di pendakian ini adalah bukit penyesalan, jadi seolah-olah kita sudah sampai puncak bukit, ternyata di depan ada bukit lagi yang lebih tinggi, hal ini terjadi beberapa kali. Untungnya tidak sampai membuat kami menyesal di pendakian ini :-)
Akhirnya kami sampai juga ke Pelawangan Sembalun sekitar pukul 17:00. Pelawangan Sembalun adalah zona camping yang memanjang, mencakup 3 bukit. Kami sendiri memilih camp di bukit terakhir dekat mata air.
Mata air disini sangat segar dan bersih, bahkan melebihi air mineral yang dijual di toko-toko. Setelah beres-beres kami segera istirahat karena kami rencana akan summit pada pukul 01:00 dini hari.

permulaan bukit penyesalan:

pelawangan sembalun awal:


DAY 3
Chapter 5 - Summit Attack
Menurut saya bisa dikatakan bahwa pendakian Rinjani ini yang paling sulit adalah pendakian ke puncaknya. Kami memulai pendakian ke puncak pukul 01:30 dini hari, sebelumnya kami mengisi perut dahulu dengan puding dan kopi buatan Mas Judi.
Medan menuju puncak ini berpasir sekali, sehingga membutuhkan tenaga ekstra dalam mendaki karena setiap langkah naik akan ada mundurnya karena kondisi pijakan yang berpasir. Tepat sebelum puncak ada tanjakan yang panjang dan curam sekali dengan sudut kemiringan sekitar 30 derajat, tanjakan ini yang paling parah, lebih dari 1 kali aku berpikir apakah sebaiknya balik kanan saja dan batal summit.
Tetapi akhirnya aku dapat sampai summit juga setelah penuh perjuangan, di tanjakan ini sendiri aku menghabiskan 2 jam dan alhasil terlambat untuk foto sunrise di puncak.
Perjalanan kembali ke tenda dari summit juga membutuhkan perjuangan, karena sudah mulai siang dan hari mulai panas serta panjangnya track dari puncak ke tenda. Bisa dikatakan jalur dari zona camping ke puncak Rinjani adalah salah 1 yang terpanjang. Kami sampai kembali ke tenda pukul 11.
Tips summit attack Rinjani:
Bawa masker, wajib! Debu pasirnya extreme.
Pakai geiter supaya pasir tidak masuk sepatu.
Bawa jaket tebal, dingin!

ready for summit:

track paling berat:


sampai puncak:

foto bareng tetangga:

view from the top:


Chapter 6 - Pelawangan Sembalun to Segara Anak Lake feat "nyasar"
Setelah kembali ke tenda, makan siang dan istirahat, kami melanjutkan perjalanan ke Danau Segara Anak. Menurut porter, perjalanan ini akan memakan waktu sekitar 3,5 jam yang artinya 5 jam jam buat kami, maklum porter-porter disini sangat cepat jalannya walau hanya menggunakan sendal jepit dan beban 3 kali lebih berat dari kami.
Kami menuruni lembah Pelawangan Sembalun menuju danau, medan turun ini sangat ekstreme, harus ekstra hati-hati karena sangat berbahaya, kiri kanan jurang, batu cadas, jarak pijakan yang cukup tinggi antara 1 dan yang lain, dsb.
Setelah sekian lama kami berjalan namun kami tidak melihat danau, kami sudah mulai was-was apakah salah jalan, sampai akhirnya kami menemukan pertigaan, ke bawah, ke depan, dan ke atas. Karena jalur yang jelas adalah ke bawah, maka aku mencoba turun ke bawah sampai akhirnya menemukan jalan buntu, dan aku kembali ke atas.
Lalu kami mencoba jalur tengah yang ternyata buntu juga. Kami tidak mencoba jalur ke atas karena jalurnya kecil dan tidak meyakinkan (padahal ini jalur yang benar).
Akhirnya aku dan Andreas memutuskan untuk kembali saja menyusuri jalur yang kami lalui tadi. Teguh sudah jauh di depan bersama porter kami.
Kami sempat berteriak halo dan tolong beberapa kali namun sama sekali tidak ada 1 orangpun yang lewat jalur itu. Sedikit rasa takut terbersit di perasaanku karena bekal kami dibawa oleh porter dan air minum sudah mulai menipis, untungnya Andreas dapat tetap tenang sehingga kami tidak panik.
Karena hari sudah mulai gelap dan kami khawatir apabila terus berjalan akan dapat memperburuk situasi, maka kami memutuskan untup camp di tengah jalur, lebih tepatnya tidur berselimutkan flysheet, kebetulan ada jalur yang cukup lebar.
Harapan kami Mas Judi mencari kami dengan menyusur kembali jalurnya, namun sampai malam tersebut kami tidak bertemu 1 orang pun.
Malam itu kami tidur tanpa tenda hanya menggunakan jaket, sleeping bag, dan fly sheet. Beberapa kali aku terbangun dan melihat jam, ternyata malam masih panjang. Berbagai macam pikiran melayang di pikiranku mengenai nasib kami berikutnya, apakah ini akhir dari segalanya? Hehehe
Akhirnya pagi datang juga, aku bangun lebih dulu pukul 6.30 pagi. Dan, kulihat jelas Danau Segara Anak dari kejauhan, karena kemarin berkabut maka danaunya tidak kelihatan. Kubangunkan Andreas agar kami dapat packing dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan.
Kami melipat flysheet dan merapikan tas, tepat pada saat kami akan melanjutkan perjalanan ke bawah, kami melihat Mas Judi menghampiri kami, ternyata ia melihat flysheet kami pada saat kami melipatnya. Tenang sudah hati kami.
Mas Judi ternyata mencari kami semalam beberapa kali namun tidak melihat tanda-tanda keberadaan kami, teman-teman kami di Jakarta juga panik dan berusahan menghubungi kami dan Mas Judi, tetapi semua itu percuma karena tidak ada sinyal di gunung.
Dari tempat kami camp semalam ke danau Segara Anak memakan waktu sekitar 2 jam.
Ternyata di jalur tengah yang kami kira buntu itu ada bebatuan yang bisa dipanjat, kami tidak mengira sebelumnya.
Moral of this chapter:
Selalu bersama, jangan meninggalkan teman.
Apabila tersasar tinggalkan jejak seperti tali atau tulisan.
Apabila memang harus camping, biarkan senter atau headlamp tetap menyala agar lebih mudah ditemukan.
Jangan melanjutkan perjalanan ketika hari sudah gelap, salah-salah bisa jatuh dan memperburuk keadaan.

bangun-bangun langsung keliatan danau:

flysheetan di track:


DAY 4
Chapter 7 - Danau Segara Anak
Akhirnya sampai juga kami ke Danau Segara Anak, saat itu kurang lebih pukul 10 atau 11. Kami bertemu pendaki lainnya yang bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kami dan kami jelaskan poin-poin intinya saja.
Kami segera disuguhi teh oleh Mas Judi, kami istirahat sebentar, mencuci baju-baju kotor kami di danau dan menjemurnya di tenda.
Teguh sudah pergi duluan ke pemandian air panasnya, lalu aku dan Andreas pergi ke pemandian air panas menyusul Teguh.
Disini ada 2 tempat pemandian air panas, yang lebih indah adalah yang lebih jauh, aku dan Andreas kesana, disana ada beberapa bule yang baru saja berenang. Lalu kami ikut berenang di pemandian tersebut, sungguh nyaman rasanya. Setelah kurang lebih 1 jam kami kembali ke tenda untuk makan siang.
Kami menghabiskan malam tersebut di danau Segara Anak.

pemandangan dari tenda:

secuil pemandangan danau segara anak:


mandi air panas:


jemur pakaian X_X:


DAY 5
Chapter 8 - Turun Gunung - feat Wangi Melati... scary
Keesokan harinya pukul 8.30, kami melanjutkan perjalanan kami untuk turun gunung melalui jalur Senaru.
Kami harus melakukan pendakian dahulu sekitar 5 jam ke Pelawangan Senaru baru kemudian turun ke Senaru sekitar 4 jam.
Medan pendakian ke Pelawangan Senaru cukup sulit seperti jalur dari Pelawangan Sembalun ke danau.
Kami sampai di pos 3 sekitar jam 4, kami menghabiskan waktu 1 jam disini untuk makan siang nasi goreng buatan Mas Judi.
Kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 5 untuk turun melalui hutan Senaru. Disini terjadi peristiwa yang buat kami sulit untuk dijelaskan dengan logika, begini ceritanya.
Dari Pos 3 ke Pos 2 lancar walau hari sudah mulai gelap. Dari pos 2 ke pos extra sarung tangan Teguh tertinggal pada saat istirahat dan ia kembali untuk mencarinya, aku, Andreas, dan Lin melanjutkan perjalanan ke Pos Ekstra yang sudah tidak jauh sementara Mas Judi menunggu Teguh mengambil sarung tangannya. Sampai di Pos Ekstra, hari sudah gelap, aku ingat sekali aku berani mengarahkan headlampku ke pepohonan di atas untuk melihat-lihat.
Tak lama kemudian Teguh dan Mas Judi datang, aku mendenger Teguh memaki dengan kasar "sarung tangan gak ketemu, setan!" 2 kali. Sampai saat ini tidak terjadi apa-apa, lalu kami melanjutkan perjalanan.
Nah perjalanan dari Pos Ekstra ke Pos 1 ini kami semua mencium bau wangi melati, namun kami tidak membicarakannya 1 sama lain dalam perjalanan. Awalnya aku mengira memang ini aroma hutan, sampai akhirnya di pos 1, Mas Judi bilang kok dari tadi nyium bau wangi ya, padahal ngga ada bunga. Sampai di Pos 1 pun masih tercium bau bunga melati. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke pintu hutan, dalam perjalanan ini aroma melati masih tercium jelas sepanjang perjalanan. Untungnya tidak terjadi apa-apa dan tidak ada penampakan apa-apa sampai akhirnya kami sampai di pintu hutan.
Di pintu hutan ini banyak pendaki lain yang sudah sampai dan ada 1 warung yang menjual aneka minuman segar dan makanan. Puji Tuhan semua berjalan lancar.

track senaru:

view from pelawangan senaru:


Chapter 9 - Penutup
Demikian capter ini saya tulis, semoga berguna dan menghibur untuk rekan-rekan pendaki lainnya.
Dari sini kami melanjutkan perjalanan ke rumah Mas Judi naik ojek untuk bermalam 1 malam dan besok paginya melanjutkan perjalanan kami ke Gili Trawangan, yeah!
Ada pengalaman unik dan menarik juga di rumah Mas Judi, namun tidak perlu saya ceritakan disini, catpernya cukup di bagian pendakian Gunung Rinjani saja. Akhir kata, terima kasih sudah membaca capter ini, Salam, Christanto

Ringkasan informasi:
Tiket PP Jakarta Lombok naik Garuda @ Rp. 1.870.000.
Angkutan dari bandara Lombok ke pos registrasi Sembalun Rp. 500.000 (Pak Awal 081908621356).
Tiket pendakian per orang per hari Rp. 5.000, langsung on the spot.
Ojek dari pos registrasi Sembalun ke pintu hutan @ Rp. 15.000.
Kontak porter Mas Judi 087865715978 (penilaian saya 8 out of 10, tanggung jawab, masakan enak, ramah), cuma kalau naik dari Sembalun kudu bayarin ojeknya dari Senaru Rp. 100.000 sama sediain 1 bungkus roko per hari (Dji Sam Soe).
Porter sudah bawa lengkap alat masak dan alat makan (piring, gelas, sendok garpu).

porter mas judi:

Catatan Perjalanan ini diambil dari posting saya di forum Kaskus dengan link dibawah ini.

No comments:

Post a Comment